PENILIK ADA DAN BISA

Kamis, 07 Februari 2019

EKSISTENSI PENILIK: FILOSOFI PENGENDALIAN MUTU, TEREDUKSI ?


Oleh M. Kasim

Entah sampai kapan stigma negatif terhadap penilik terkikis habis. Dari tingkat atas kalangan pejabat, akademisi, sesama ormit, hampir kompak, tatkala berbicara penilik, maka tarikan ujung bibir kanan kiri ke bawah semakin jelas. Cibiran. Untunglah, masyarakat belum atau tidak seperti itu. Apakah, masyarakat tersebut, memang tersekat dengan info dari kelompok pertama, ataukah, memang masyarakat benar-benar merasakan kehadiran dan kiprah penilik nyata dirasakan. Yang jelas, ada kata-kata bijak dari seorang filsuf: suara rakyat adalah suara Tuhan.

Jika ada penilik, yang bermasa kerja lebih dari 15 tahun, sejak sebelum era Otoda (Otonomi Daerah), maka sangat merasakan, bagaimana perubahan sikap, penilaian, tanggapan, dari seluruh pihak terkait, terhadap sosok: PENILIK. Sebelum Otoda, dan status penilik PNS, sosok penilik dipandang cukup bergengsi, berwibawa, disegani, dihormati dan jadi impian pengembangan karir dari jabatan fungsional pendidikan yang lain (guru dan Kepala Sekolah). Sekarang?. Jawaban tercekat di leher, tertelan bersama ludah.

Konsep Pengendalian Mutu (Dalmut), yang melemah.
Para penilik, hafal di luar kepala apa konsep dalmut. Uraian singkat ini mencoba telaah, sisi lain dari dalmut, dengan harapan, agar semua pihak dengan rela membuka diri, memahami permasalahan penilik dengan ikhlas dan terbuka (bahasa jawa: legowo). Sebagaimana dipahami bahwa Dalmut adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan melalui pemantauan, penilaian, dan pembinaan program pada satuan PAUDDIKMAS dalam rangka memastikan penyelenggaraan layanan pendidikan melalui lembaga PAUDDIKMAS dapat mencapai standar yang ditetapkan. Konsep yang luar biasa, karena mengandung konsekuensi, Dalmut memiliki kedudukan yang sangat strategis dan faktor utama yang menentukan keberhasilan program PAUDDIKMAS.

Hanya saja, selama ini hampir semua pihak memandang sosok penilik, sebagai pejabat fungsional yang memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaksana Dalmut, terpotong pada titik tertentu, tidak tuntas sampai ke ujung makna. Pemahaman dalmut tereduksi. Dalmut, adalah proses yang sangat berat dan harus didudukkan pada posisi pokok pada setiap kajian atau upaya apapun dalam rangka mencapai mutu Program PAUDDIKMAS yang diharapkan. Kenyataannya, seperti yang dipaparkan diawal, kewibawaan dalmut, menjadi remeh dan ditutupi oleh pihak-pihak tersebut, dengan profil sosok penilik.

Dalmut dan Penilik, dua sisi mata uang
Mau tidak mau, suka atau tidak, semua pihak harus menerima bahwa penilik adalah pejabat fungsional yang melaksanakan tugas dan fungsi Dalmut. Peniliklah yang memikul beban yang sangat mulia ini. D tangan peniliklah, bergantung torehan tinta emas keberhasilan mutu program PAUDDIKMAS. Ibarat nahkoda, maka peniliklah adalah navigator, yang bertanggung jawab bagaimana kapal besar yang berupa program PAUDDIKMAS ini berlayar mencapai tujuan. Jika nahkoda, harus menguasai ilmu pelayaran, maka penilik harus menguasai dalmut. Jika nahkoda harus menguasai penggunaan, kompas, peta, radar dsb, maka penilik harus menguasai, peraturan, pedoman, juklak, juknis, instrumen, media/ sumber, yang dibutuhkan.

Keberadaan penilik tidak bisa dilepaskan dari konsep dalmut. Bukan masalah konsekuensi dari peraturan, melainkan keharusan dari konsep manajemen, karena proses pendidikan memang tidak terlepas dari fungsi manajemen. Bahwa secara garis besar, fungsi manajemen terdiri atas planing, oragnization, actuating, dan controling. Nah, posisi penilik adalah pemeran dari fungsi controlling. Sebuah fungsi yang vital dan penting. Oleh sebab itu, jika sesaat, ada wacana, peran penilik akan dihapuskan, maka sebuah pemikiran yang tidak memahami konsep manajemen pendidikan, kalau tidak boleh disebut emosional.

Penutup: Penilik, cintai dan sayangi
Dengan meresapi uraian singkat di atas, maka diharapkan semua pihak untuk bijak menyikapi kondisi penilik saat ini. Pahamilah penilik dari seluruh sisi, tidak hanya terhenti pada yuridis formal, tetapi kronologis historis, dan filosofis. Kondisi penilik saat ini tidak bisa terlepas dari bagaimana terpontang-pantingnya penilik, sebagai dampak peralihan status kepegawaian, karena Otoda. Tidak terkontrolnya implementasi regulasi penilik didaerah, yang meliputi rekrutmen, pembinaan, penilaian kinerja dan penghargaan serta perlindungan.

Penilik bagaikan kehilangan induk semangnya. Lepas dari orang tua kandung, dan diadopsi orang tua yang lain, dengan sistem dan teknik perawatan yang bermacam-macam. Penilik, anak kandung pemerintah pusat (kemendikbud), hampir 15 tahun lebih, hidup dengan orangtua yang berbeda-beda. Maka yang terjadi polarisasi profil dan sosok penilik. Terus terang, penilik merindukan belaian dan sentuhan kasih sayang dari orangtua kandung. Jika bertemu, jika tak mampu membelikan kue “puthu” atau roti marie, minimal usapan atau belaian tangan. Paling tidak senyuman. Sulitkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IKM PAUD: ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) PAUD SERUPA SILABUS

  Oleh M. Kasim Menyambung artikel sebelumnya, mencermati konsep dan bentuk fisik ATP. Terus terang, artikel ini memungkinkan memantik dis...